|
Kegiatan ini difasilitasi
oleh Yayasan Penabulu dengan Narasumber yang berasal dari Datanesia dan
Mongabay . Peserta kegiatan berasal dari unsur lokal yang terdiri dari
Akademisi Universitas Kristen Wira Wacana (UNKRISWINA) Sumba dan Sekolah Tinggi
Teologi Waingapu, Perwakilan Media dari Times Indonesia, Pos Kupang dan iNews.
Perwakilan Pemuda Adat dari Tanggedu dan Mondu serta Perwakilan OMS yang
berasal dari Lembaga Tananua Sumba, SOPAN Sumba, Lembaga Bumi Lestari, SABANA
Sumba dan Yayasan KOPPESDA.
“Tujuan dari
kegiatan ini adalah penguatan kapasitas dan kesadaran kolektif OMS, media,
akademisi dan kaum muda dalam merancang dan mengkreasikan narasi serta
amplifikasi isu perubahan iklim di Kabupaten Sumba Timur, sehingga memiliki
daya siar dan pengaruh yang kuat diranah publik”, terang Nala Dipa, Fasilitator
Pelatihan dari Yayasan PENABULU dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Koalisi
ADAPTASI sendiri merupakan koalisi yang terdiri dari Yayasan Penabulu sebagai lead
koalisi dengan anggota Perkumpulan YAPEKA, Koalisi Perempuan Indonesia untuk
Keadilan & Demokrasi (KPI), Pusat Kajian Sains Keberlanjutan &
Transdisiplin IPB (CTSS IPB), Perkumpulan Konsil OMS/LSM Indonesia (Konsil OMS/LSM),
Perkumpulan Desa Lestari, Perkumpulan Sinergantara, Yayasan Koordinasi
Pengkajian & Pengelolaan Sumber Daya Alam (KOPPESDA) dan Yayasan Lembaga
Pengembangan Masyarakat Lembata (Barakat). Sejak Tahun 2021, Koalisi ini telah
melakukan berbagai kegiatan penguatan kapasitas dan advokasi perubahan iklim di
3 (tiga) kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni: Kabupaten Lembata,
Kabupaten Rote dan Kabupaten Sumba Timur.
“Banyak praktik
baik (kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim) yang dilakukan banyak pihak baik Masyarakat,
Pemerintah maupun OMS/LSM, misalnya
praktik berbasis kearifan lokal yang yang telah dilakukan oleh Masyarakat, program Proklim dan Perlindungan Mata Air (PMA) yang dilakukan oleh Pemerintah, maupun pendampingan OMS di tingkat tapak, yang
dapat dijadikan pembelajaran bersama oleh berbagai pihak sebagai upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, namun informasi tersebut tidak
sampai dengan baik kepada masyarakat umum/publik”, terang Triawan Umbu Uli Mehakati, Koordinator Koalisi ADAPTASI Kabupaten Sumba Timur.
|
Sandy Pramuji Narasumber dari Datanesia dalam materinya mengatakan bahwa Kampanye terkait perubahan iklim penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, menginspirasi tindakan, dan mempromosikan solusi bagi krisis iklim global, Selanjutnya, Sandi menerangkan, bahwa tujuan dari kampanye, antara lain untuk mengedukasi publik mengenai perubahan iklim, memengaruhi perubahan kebijakan pada tingkat lokal bahkan nasional dan global termasuk mempromosikan perilaku berkelanjutan dan memobilisasi komunitas untuk aksi lingkungan, lebih lanjut Sandy mengatakan bahwa dalam melaksanakan kampanye, perlu menentukan tujuan yang jelas, membangun kerjasama dan menyesuailkan pesan, serta dapat menggunakan multi-platform.
Tantangan yang
ditemui dalam upaya kampanye lewat media online maupun media sosial adalah
minimnya literasi masyarakat Sumba Timur, baik di perkotaan maupun yang ada di
desa. Hal ini disampaikan juga oleh Rambu Dai Mami (SABANA Sumba), Rambu
Yati (TANANUA Sumba) dan Antonius T. Resi (SOPAN Sumba), Karena, itu perlu
strategi yang tepat untuk kampanye yang
efektif guna menjadikan media sebagai salah satu sarana untuk membangun
presepsi publik terkait perubahan iklim.
Menurut Niko Dwi Wicaksana, Narasumber dari Mongabay, tantangan dalam kampanye perubahan iklim adalah misinformasi dan disinformasi masih marak, berita terlalu sensational sehingga meninggalkan aspek empiris, mengecilkan urgensi krisis iklim dan isu iklim dibuat terlalu eksklusif serta telah terjadi perubahan paradigma di masyarakat/tren global, dimana orang lebih suka membaca tulisan yang ringkas.
|
Kegiatan Pelatihan ini membawa kesan menarik bagi peserta pelatihan dari unsur Akademisi, salah satunya adalah Krisman Umbu Henggu yag merasa senang karena dilibatkan dalam kegiatan pelatihan, namun disatu sisi memiliki kekuatiran, karena banyak pihak yang memanfaatkan media untuk mendistorsi informasi, sedangkan masyarakat sulit menilai informasi yang benar, sehingga perlu penyadaran bagi semua pihak untuk menyampaikan informasi sesuai fakta dan berdasarkan data dan informasi yang valid dan dapat dipertanggung-jawabkan, hal ini juga ditegaskan oleh Niko (Mangobay) yang mengatakan bahwa untuk melawan informasi yang menyesatkan, hanya dengan terus melakukan edukasi dan menggunakan media komunikasi untuk berbagi informasi secara terus menerus, memberi penjelasan yang mendalam, dengan akurasi dan kredibilitas tinggi serta membangun jaringan pengetahuan dan terus mendorong pemikiran kritis.
Kegiatan pelatihan ini mendapat apresiasi dari perwakilan media yang bersedia berkolaborasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyebab, dampak dan strategi menghaapi perubahan iklim, seperti disampaikan oleh perwakilan media iNews Dion Umbu Analodu yang mengatakan bahwa mereka selalu siap mengangkat tulisan atau berita yang berkaitan dengan isu perubahan iklim, yang kemudian diamini oleh perwakilan Media lainnya yang mengikuti pelatihan, Moh. Habibudin (Times Indonesia) dan Mutia Christin (Pos Kupang).
Perubahan iklim semakin kita rasakan dan berdampak buruk bagi alam, sosial dan perekonomian, karena itu upaya adaptasi dan mitigasi adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan. Semua upaya harus terus dilakukan dan diperkuat salah satu upaya yang paling penting adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan mendorong aksi-aksi nyata untuk menghadapi perubahan iklim yang dapat dilakukan secara kolaboratif baik oleh masyarakat, Pemerintah, Akademisi, Media, OMS/LSM, Swasta dan pihak lainnya.
Ayo berkolaborasi !!!